Sabtu, 15 September 2018

SIBORONG-BORONG KOTA KECIL DI BUKIT BARISAN



Gambar dibawah adalah terminal kota Siborong-borong. Ditempat ini, seluruh kendaraan umum melaporkan aktivitasnya , baik untuk Siborong-borong dan sekitarnya, maupun kendaraan umum yang sekedar melintas dari kota ini.

Tempat ini setiap hari memang tidak terlalu ramai dikunjungi kendaraan yang keluar masuk, tetapi setiap hari geliatnya selalu ada. Berbeda dengan saat pasar tradisional sedang berlangsung, maka kegiatan di terminal ini akan sangat padat.

Mengenang kampung halaman tak pernah ada bosannya. Banyak hal yang dapat dijadikan bahan saat bercerita tentangnya. Tidak ada alasan bagi siapapun, untuk tidak memuji kampung halaman, tempat dia lahir dan tumbuh berkembang. Kampung halaman selalu menjadi yang terbaik dari setiap kampung yang ada di muka bumi ini.

Siborong-borong memang bukan tanah tempat aku dilahirkan, bukan pula tempat aku dibesarkan. Tetapi Siborong-borong tak mungkin bisa terlepas dari riwayat hidupku. Aku adalah anak keturunan Suku Batak Toba, yang berasal dari kota Siborong-borong. Dari kota ini kemudian kami menyebar dan dapat ditemukan di seluruh pelosok Nusantara.


Seperti kota-kota lain di pelosok nusantara, Siborong-borong juga punya penganan khusus yang dikenal dengan nama "Ombus-ombus. Penganan ini menjadi "icon" Kota Siborong-borong, dan terkenal sampai manca negara, sebagai salah satu dari ragam kuliner yang ada di Kota Siborong-borong. Tidak lengkap rasanya, jika berkunjung ke Siborong-borong tidak membawa Ombus-ombus sebagai buah tangan.

Menjadi pertanyaan bagi saya, bagaimana Ombus-ombus itu tampak sangat panas saat berada di tangan penjual, namun sesaat setelah sampai ditangan kita, Ombus-ombus segera menjadi dingin dan keras, seiring dengan berlalunya penjual dari hadapan kita. Hingga kini, aku belum mendapatkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu ... hehehehehehehe


Masyarakat Kota Siborong-borong sudah seharusnya bangga, walaupun tergolong kecil, kota mereka memiliki bandar udara bertaraf internasional. Sebelum mengalami perbaikan, Bandara Silangit hanya bisa didarati pesawat berbadan kecil. Tetapi lihatlah sekarang, pesawat berbadan besarpun telah mendarat di Bandar Udara Internasional Silangit .



Setelah mengalami perbaikan diberbagai sudut, lalu landas pacu Bandara Silangit diperpanjang menjadi 2650 meter, kemudian dilengkapi pula berbagai fasilitas pendukung, maka pada hari Jumat 24 Nov 2017 Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo berkenan meresmikannya, menjadi Bandara Internasional Silangit. Sejak saat itu Bandar Udara Silangit, resmi dioperasikan dan digunakan untuk penerbangan secara internasional.


Memiliki bandar udara bertaraf internasional, membuat Kota Siborong-borong semakin dikenal di dunia internasional. Semakin banyak orang yang datang dan pergi melalui Bandara Internasional Silangit, baik sebagai perantau maupun sebagi turis. Sebagai turis mancanegara maupun turis domestik.

Setiap orang yang menggunakan jasa penerbangan menuju Daerah Wisata Danau Toba, akan lebih efektif jika mendarat di Bandara Silangit daripada di Bandara Kualanamu Medan. Disamping lebih dekat, para wisatawan mendapat suguhan langsung panorama yang indah, saat mendarat dan juga selama perjalanan dari Bandara Silangit menuju berbagai tempat wisata di sekitar Danau Toba.

Sejak Bandar Udara Internasional Silangit diresmikan penggunaannya, kota Siborong-borong berubah menjadi kota yang lebih hidup. Seperti bandara Silangit semula sangat langka kegiatan, kini tampak lebih sibuk apalagi Bandara Silangit telah menjadi pintu masuk  menuju berbagai daerah tujuan wisata disekitar Danau Toba, dan daerah wisata lain di Tapanuli dan sekitarnya.


Keunikan lain dari Siborong-borong adalah, tumbuhan semak yang tumbuh secara liar dihutan pinggir Kota Siborong-borong. Masyarakat sekitar menyebut tumbuhan ini dengan nama Harimonting atau Lau-lau. Tumbuhan yang bernama Latin Rhodomyrtus Tomentosa ini, hanya dapat ditemukan di hutan sekitar Siborong-borong, dan di beberapa tempat sekitar Dataran Tinggi Toba.

Buahnya yang sangat manis, membuat setiap orang yang pernah kesini akan mencari lagi tumbuhan ini, setiap mereka memiliki kesempatan untuk datang atau kembali ke kota ini. Hal ini menjadi salah satu alasan untuk selalu mengingat kota ini. Tumbuhan Harimonting, pasti akan mengingatkan setiap warga perantau, dan akan menjadi kenangan saat mereka belum punya kesempatan untuk pulang ke Siborong-borong.


Siborong-borong juga memiliki pacuan kuda, yang juga menjadi salah satu alasan lain bagi masyarakatnya untuk bangga. Di kota ini sering diselenggarakan turnamen balap kuda, sebagai ajang adu ketangkasan atas kuda yang dimiliki masyarakat. Peserta pada lomba balap kuda di Siborong-borong ini, juga datang dari luar kota, bahkan dari luar pulau.


Penduduk kota ini sudah cukup majemuk. Selain suku Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Angkola, diketahui Suku Minangkabau juga sudah cukup lama tinggal dan hidup di kota ini. Masyarakat kota ini hidup berdampingan dengan menjungjung tinggi nilai toleransi atas perbedaan diantara mereka.

Disamping agama Kristen, penduduk Siborong-borong juga memeluk Katolik dan Islam. Kalaupun ada, pemeluk agama tradisional tidaklah terlalu banyak populasinya.
Demikian sekilas cerita tentang kota Siborong-borong ... !

SALAM GEMILANG

Jumat, 14 September 2018

MEMBANGUN RELASI ANTARA KEPENTINGAN DAN KEPERCAYAAN


Membangun relasi yang didasari saling percaya, tentu saja tidak semudah yang kita kira. Butuh pengorbanan, sampai akhirnya kemudian relasi saling percaya itu bisa berdiri dengan tegak. Bahkan untuk sebuah kepercayaan, seseorang bersedia berkorban lebih dari hal yang biasa. Hanya untuk mendapatkan sebuah kepercayaan.

Relasi yang dibangun atas dasar saling percaya, maka hampir semua urusan akan berjalan dengan lancar, mulus dan lurus. Sama halnya dengan jalan lepas hambatan, lurus dan mulus, maka kendaraan lalu-lalang dengan lancar diatasnya. Hal itu tidak akan pernah terjadi, jika relasi dari satu pihak dengan pihak yang lain tidak didasari sebuah kepercayaan.

Kepercayaan itu bagai kawat besi. Janganlah kawat besi sampai bengkok. Kalau sudah bengkok, tak mungkin bisa lurus lagi. Jikapun lurus, tak mungkinlah lurus seperti sediakala.
Kepercayaan juga bisa diibaratkan dengan sebuah bangunan. Janganlah bangunan sampai rubuh. Sekalipun bangunan serupa bisa didirikan lagi di tempat yang sama, namun bangunan lama sudah tak mungkin kembali lagi.

Demikian juga dengan nilai sebuah kepercayaan. Janganlah sebuah kepercayaan sampai ternoda. Jika hal itu sampai terjadi, sekalipun bisa dimaafkan, tak mungkin nilai sebuah kepercayaan kembali lagi seperti sediakala. Relasi mungkin akan tetap terjalin, namun nilai kepercayaan yang sudah terbangun dengan baik sudah sempat ternoda.

Baiklah setiap orang berusaha membangun relasi berdasarkan sebuah kepercayaan, dan merawat relasi itu dengan baik. Karena setiap orang akan menemukan hal-hal baik, dari sebuah hubungan yang baik. Dan tentu saja akan menguntungkan bagi siapapun, saat relasinya telah sampai pada tingkat saling percaya satu sama lain.

SALAM GEMILANG

Kamis, 13 September 2018

PARTAI YANG SENANG MEMBAJAK KADER


Maraknya berita perpindahan kader Partai Demokrat ke partai lain, oleh Partai Demokrat peristiwa itu dianggap sebagai peristiwa bajak membajak. Wajar saja Partai Demokrat mengungkapkan itu, karena memang beberapa kader unnggulan mereka di beberapa daerah, memilih mendukung pasangan Jokowi - Ma'ruf di Pilpres 2019 mendatang.

Politisi PDI Perjuangan Aria Bima mengatakan, tindakan sejumlah kader Partai Demokrat yang memilih mendukung paslon capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf adalah hal yang wajar dalam sebuah kontestasi, khususnya kontestasi politik. Aria Bima bahkan menuding, Partai Demokrat jauh lebih ganas dalam hal bajak membajak kader dari partai lain.

Lebih lanjut Aria Bima mengangkat beberapa contoh, bagaimana saat Partai Demokrat menjadikan Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzy sebagai tim kampanye SBY pada pilpres 2014. Padahal, Gamawan sendiri maju saat pilgub Sumbar diusung dan dibiayai oleh PDIP. 
Hal yang sama juga terjadi pada Mardiyanto, yang diusung PDI Perjuangan saat maju pada Pilgub Jateng, dan kemudian menjadi Gubernur Jawa Tengah selama dua periode.Lalu menjadi tim pemenangan SBY saat pilpres.

Partai tidak seharusnya mempermasalahkan seorang kader melakukan perpindahan ke partai lain, apalagi menuding partai lain sebagai partai yang senang bajak membajak. Justru fenomena perpindahan kader, seharusnya menjadi evaluasi bagi internal partai.

Peristiwa itu harus dijadikan dasar untuk membenahi diri dari kemungkinan pindahnya kader ketingkat yang lebih banyak lagi. Perlu juga menjadi perhatian setiap partai, bagaimana sebuah partai mampu menghasilkan kader baru yang lebih berkwalitas, pasca berpindahnya kader ke partai lain.

Akan jauh lebih baik menjadi koreksi di internal partai setelah ditinggalkan kader sendiri, daripada membuat pernyataan-pernyataan aneh dan menuding partai lain dengan cap jelek dengan mencaci maki partai tempat dimana kader tersebut berlabuh.

Ungkapan "partai yang suka membajak kader dari partai lain" menjadi perbincangan hangat, setelah beberapa kader Partai Demokrat diketahui membelot dan mendukung Jokowi - Ma'ruf pada pilpres 2019. Mereka diantaranya, Gubernur NTB Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB), mantan Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar dan Gubernur Papua Lukas Enembe. Tentu saja ada alasan penting, mengapa kader Partai Demokrat itu memilih mendukung Jokowi - Ma'ruf di pilpres mendatang. 

Hal itu juga memberi pelajaran berharga bukan saja kepada partai sebagai lembaga, tetapi juga kepada setiap orang sebagai pribadi, untuk lebih kritis dalam menentukan pilihannya, karena satu suara yang diberikan saat pemilu, adalah hal yang akan menentukan arah negara, menuju masa depan yang lebih baik.

SALAM GEMILANG

Rabu, 12 September 2018

CERITA DARI TIGA BALATA


Tiga Balata, kota kecil di Kabupaten Simalungan Provinsi Sumatera Utara, kota yang teduh, tenang dan jauh dari kebisingan. Demikian aku menggambarkan, setiap aku teringat pada kota kecil ini. Sebagai kota asal bagi perantau yang terlahir disini, kota ini sudah pasti menjadi sebuah kenangan yang indah, dan menjadi sasaran puja puji.

Secara umum, penduduk Tigabalata dan sekitarnya hidup dari hasil pertanian. Sekalipun ada penduduk sebagai aparatur negara, jumlahnya tidaklah seberapa, karena instansi pemerintahan di kota ini tergolong sangat kecil jumlahnya. Selebihnya, penduduk Tigabalata dan sekitarnya juga bekerja menjadi karyawan di perkebunan serta menjadi masyarakat yang bekerja secara serabutan.

Sebelum diganti menjadi perkebunan kelapa sawit, dulunya Tigabalata dikelilingi perkebunan teh. Mulai dari Simpang Parmonangan, Sibunga-bunga sampai Hutaurung semua itu adalah wilayah perkebunan teh. Tetapi kini semua telah berubah. Tidak adalagi kebun teh, melainkan kebun kelapa sawit.

Mayoritas penduduk Tigabalata didiami masyarakat etnik Batak Toba, kemudian Batak Simalungun lalu etnik Jawa dan sebagian kecil etnik lain. Mereka tersebar diberbagai tempat di sekitar Tigabalata, dan telah memeluk agama Kristen, Katolik dan Islam. Walaupun ada, tak seberapa penduduk yang masih memeluk agama tradisional.

Hal yang unik dari kota kecil ini adalah, gelar pasar tradisional yang hanya terselenggara sekali dalam sepekan. Kalaupun dua kali, satu diantaranya hanyalah pasar yang bersifat asal ada. Artinya, komoditi yang dijual sebagai kebutuhan pasar tidaklah selengkap saat pasar utama digelar.

Dengan demikian, kota ini akan tampak hiruk pikuknya kala pasar tradisional sedang berlangsung, yaitu pada hari Jumat setiap pekannya. Selebihnya, hari demi hari akan terasa sepi.

Sekalipun kota ini tergolong sepi, namun kendaraan terus lalu lalang melalui kota ini. Kota kecil ini menjadi salah satu lintasan jalan provinsi, yang terkenal dengan sebutan jalan "Antar Lintas Sumatera". Kendaraan yang lalu lalang itulah, sesekali dengan berani memecah keheningan, melintas lalu pergi, kemudian meninggalkan kota Tigabalata seolah tak peduli.

Selain itu, kota kecil ini juga disebut dengan "Balata Pokkan" ( baca - Balata Pekan). Kata pekan ditambahkan, untuk lebih menegaskan wilayah mana yang hendak diberitahukan. Dengan menyebut Balata Pokkan, orang-orang sekitar akan mengetahui bahwa yang dimaksud adalah Tigabalata, tempat pasar tradisional diselenggarakan setiap pekan.

Sekecil apapun Tigabalata, kota ini tentu sangat dicinta oleh masyarakatnya dan akan selalu dirindukan oleh perantaunya. Relasi antar masyarakat yang berdasarkan asas kekeluargaan yang kuat, membuat kerinduan setiap perantau terus meninggi lalu melahirkan keinginan untuk kembali pulang dan berinteraksi di kampung halamannya ini.

Kampung halaman adalah sebuah tempat dimana berbagai peristiwa bisa tercipta, dan menjadi alat yang baik untuk digunakan dalam mengenang peristiwa masa silam. Ia menjadi tempat tujuan pulang dari perantauan, tempat yang selalu dirindukan saat keinginan pulang kampung belum sempat terwujud.

Sekalipun aku bukan putera daerah Tigabalata, namun tak sedikit kenanganku tinggal di kota ini. Dengan tak menapikan unsur lain, cinta adalah salah satu alasan mengapa aku harus berhubungan dengan Tigabalata. Karena urusan asmara, kemudian aku sering melintas di kota ini, sehingga aku mengenalnya lebih banyak.

Dari kota ini aku mendapatkan salah satu anugerah terbesar, dimana aku bertemu dengan tulang rusukku, yaitu wanita yang hingga kini mendampingi aku. Inilah salah satu peristiwa besar hidupku, dimana kota Tigabalata masuk menjadi salah satu warnanya. Dari kota ini, aku menambah dua lagi orang tua bagiku, ayah dan ibu mertuaku, kakek dan nenek dari anak-anakku.

Sekian dan Terimakasih ... 

SALAM GEMILANG

Selasa, 21 Agustus 2018

IMAN, IDENTITAS WARISAN YANG DIBELA SAMPAI MATI

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah artikel yang di “share” seseorang di salah satu media. Artikel itu mengisahkan seseorang yang mempertannyakan jalan hidup yang seharusnya menjadi pilihan setiap orang, rupanya sejak awal sudah dipaksakan dan mau tidak mau harus diterima.

Sadar atau tidak, hal ini sebenarnya adalah pelanggaran. Tetapi terlepas seperti apa orang per orang melakukan penilaian atau pemahaman tentang itu, ada baiknya untuk membaca tulisan ini hingga tuntas, agar pembaca sekalian menemukan dasar yang baik untuk menentukan sebuah kesimpulan.


Selamat Membaca ... !!!

Seorang pemuda bernama Tagor (bukan nama sebenarnya), dia lahir di Tapanuli dari pasangan Kristen, maka otomatis Tagor juga beragama Kristen. Tetapi jika Tagor lahir ditengah keluarga Madura atau Bali yang pada umumnya adalah keluarga Moslem atau Hindu, apakah ada jaminan kalau Tagor memeluk agama kristen ? ... Tentu saja tidak ada jaminan. Tagor tidak bisa memilih darimana dan dimana ia akan dilahirkan. Dan ketika ia lahir, ia telah memiliki identitas suku dan agama tanpa diberi kesempatan untuk memilih.

Begitu juga dengan bentuk identitas lain selain agama, misalnya nama, warga negara semua itu adalah warisan. Tagor sudah memiliki identitas itu sejak ia masih bayi. Sebelum Tagor lahir, semua sudah disediakan dan ketika ia lahir warisan itu segera diteguhkan menjadi identitas Tagor. Hal serupa tentu saja dirasakan orang lain seperti apa yang dirasakan Tagor. Mereka juga tidak bisa memilih, seperti Tagor yang memang tidak diberi kesempatan untuk memilih.

Beberapa menit setelah Tagor lahir, lingkungannya menentukan suku, agama, ras dan kewarganegaraannya. Hal itu terjadi dengan otomatis. Selanjutnya, Tagor akan membela sampai mati, segala hal yang menjadi identitas dirinya itu, yang bahkan sama sekali tidak pernah ia putuskan sendiri.

Sejak usia dini, Tagor sudah mendapatkan doktrin bahwa Kristen adalah satu-satunya agama yang benar. Satu-satunya jalan menuju surga, kelak setelah kehidupan duniawi berakhir. Tagor mengasihani mereka yang bukan Kristen, sebab mereka setelah mati akan masuk neraka.

Rupanya, teman-teman Tagor yang non Kristen juga memiliki doktrin sendiri, yang isinya cenderung lebih keras dari doktrin ajaran agama yang ia imani. Teman-teman Tagor mengklaim, agama mereka adalah agama yang paling sempurna. Setiap orang yang berada diluar itu, akan binasa karena tidak berhak masuk surga.

Tagor membayangkan bahaya yang akan terjadi, jika tak henti satu sama lain saling tarik menarik untuk berpindah agama. Ia juga membayangkan konplik itu akan meningkat menjadi pertumpahan darah, jika masing-masing pemeluk agama yang berbeda saling beradu superioritas, yang jika ditelusuri tidak akan pernah ada titik temunya.

Pembaca yang budiman ...

Kebenaran adalah sekeping cermin yang tergantung ditangan Tuhan, yang ketika jatuh akan pecah dan hancur berkeping-keping. Artinya, kebenaran yang diibaratkan seperti kaca, jika jatuh ia akan pecah dan hancur menjadi kepingan-kepingan kebenaran.

Begitu pula dengan agama-agama yang ada, yang oleh pemeluknya diklaim sebagai jalan kebenaran. Ia ibarat cermin yang jatuh dari tangan Tuhan, kemudian pecah dan menjadi kepingan-kepingan agama, yang memiliki kebenaran pada tingkat yang sama. Pecahan itulah yang oleh setiap orang kemudian diambil untuk diimani.

Tetapi pada prakteknya, setiap orang yang memungut kepingan itu, berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh. Masing-masing mengklaim, kepingan yang mereka ambil adalah kepingan yang akan menunjukkan jalan yang paling benar. Dan hal ini menjadi salah satu karakteristik umat beragama, dimana mereka saling mengklaim kebenaran agamanya. Mereka tidak butuh pembuktian, karena tindakan ini adalah soal iman.

Manusia bisa saja memiliki hak untuk menyampaikan sabda atau firman Tuhan, tetapi ia tidak bisa bertindak bahkan mencoba menjadi Tuhan. Manusia memang berhak untuk menyampaikan sabda atau firman Tuhan, tetapi tidak berhak untuk menentukan orang, akan masuk surga atau neraka.

Perlu disadari, latar belakang dari semua perselisihan adalah, lantaran masing-masing mengklaim bahwa golongan mereka adalah golongan yang paling benar. Mereka tidak peduli bahwa semua itu adalah warisan, dan mengamini bahwa hal itu Tuhan sendiri yang mengatakan.

Jika bukan Tuhan, lantas siapa yang menciptakan mahluk yang mengimani agama lain. Lalu mereka yang tidak beragama, mengapa sampai sekarang masih dipelihara oleh Tuhan ?

Pembaca yang budiman ...

Semua agama dan aliran kepercayaan yang ada, tak satupun diantaranya meragukan Ke-Maha Kuasa-an Tuhan. Semua mengatakan bahwa Tuhan itu Maha Segala-galanya. Jika Ia mau, Tuhan bisa menjadikan semua sama. Agama sama, satu bangsa dan budaya yang sama. Tetapi Tuhan tidak melakukan itu, karena Ia telah menyematkan kebenaran pada perbedaan-perbedaan yang ada.

Lantas ... jika suatu negara didiami oleh rakyat dengan agama yang sama, apakah hal itu akan menjamin kerukunan ?.

Faktanya, beberapa negara yang rakyatnya memiliki agama yang sama, budaya yang sama, mereka justru terlibat konflik yang berkepanjangan. Jadi ... agama yang sama tidak menjamin rakyat sebuah negara hidup dalam kerukunan. Tidak menjamin hidup nyaman dan juga tidak menjamin hidup dalam ketenteraman.

Ketika sentimen mayoritas-minoritas menjajah pikiran, jangan heran kalau rasa kemanusiaan akan hilang dari nurani kita. Coba kita berpikir secara perlahan, jika masing-masing agama menuntut agar Kitab Sucinya dijadikan sebagai dasar negara. Maka kita tinggal menunggu saja kehancuran Indonesia yang kita cinta ini.

Itulah sebabnya, mengapa Indonesia dalam mengambil kebijakan di bidang politik, hukum dan ham tidak berdasarkan Kitab Suci yang ada, melainkan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Pancasila dan UUD ’45 sebagai dasar negara, menjamin kebebesan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk meyakini dan menjalankakan ajaran agama masing-masing. Namun mereka tidak berhak memaksakan perspektif dan ajaran agamanya, untuk digunakan sebagai indikator penilaian terhadap warga negara pemeluk agama lain.

Sebuah kelompok agama tidak berhak mengintervensi kebijakan sebuah negara, dimana rakyat negara itu memiliki beragam keyakinan. Agama sebagai lembaga, harus menyadari bahwa mereka adalah sebuah kelompok yang menjadi bagian, dalam satu kesatuan sebagai bangsa dan negara yang berdaulat.

Pembaca yang budiman ...

Suatu saat nanti dimasa yang akan datang, kita akan berkisah kepada anak dan cucu kita, betapa negara ini hampir hancur tercerai berai, hanya karena oknum orang per orang yang saling mengunggulkan dan meributkan warisan masing-masing. Ketika negara lain sudah pergi ke bulan, kita masih sibuk meributkan tentang warisan identitas, yang kita sendiri tidak pernah ditanya terlebih dahulu untuk itu.

Sebagai sesama anak bangsa marilah memandang Indonesia dari perspektif yang sama, dengan berupaya menghindar dari pertikaian-pertikaian yang berpotensi untuk menjadikan Indonesia kita ini terpecah menjadi kepingan-kepingan yang kecil.

Jayalah negeriku, Jayalah Indonesia Raya ... !!!

SALAM GEMILANG.

Senin, 20 Agustus 2018

MENYIKAPI HIDUP DARI SUDUT PANDANG YANG BIJAK

Sekalipun orang lain memandang rendah kepadamu, jangan sekali-kali kamu terpengaruh lalu ikut memandang rendah kepada dirimu sendiri. Orang lain bisa saja menilai kamu tidak memiliki kemampuan, tetapi kamu tidak boleh membuat dirimu seolah sungguh tak berkemampuan.

Kamu harus memiliki keberanian untuk memberitahukan kepada khalayak ramai bahwa kamu bisa. Jika tidak melakukan itu, orang lain tidak akan tau atau bahkan tidak mau tau bahwa kamu mampu.

Lakukanlah, jangan pernah ragu. Semakin kamu ragu, semakin menguatkan praduga orang lain terhadapmu, tentang opini yang menyebutmu sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan.

Saudaraku ... 

Tidak perlu menyalahkan dirimu, ketika kamu ketahui dia adalah orang yang tak tau balas budi. Memang selalu ada orang seperti itu. Tidak sedikit orang serupa dia, yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Mereka lupa akan kebaikan orang lain, yang telah berjasa mengangkat dirinya dari kesulitan hidup. Ketika mereka terlepas dari ikatan kesusahan, seketika itu juga mereka lupa akan keterlibatan orang lain, saat mereka berhasil melepaskan diri dari kesulitannya.

Itulah dia. Dia seperti tidak menyadari, bahwa dunia terus berputar. Dia seperti tidak mau tau, bahwa hidup besok bisa saja berubah seketika. Tenangkanlah dirimu, dan jadikan itu sebagai lentera di jalan hidupmu, bahwa hidup tidaklah lama, kalaupun lama tak mungkin selamanya.

Jangan tindakanmu menyakiti hatimu sendiri. Baiklah kamu pergi, ketika kamu melihat dia berperilaku dengan cara yang berlebihan. Kamu tinggalkan saja dia, agar kamu tidak melihat dia bertindak lebih jauh lagi.

Kalau kamu menunggu dan terus menyaksikan tingkah lakunya, maka hatimu akan semakin sakit. Sebab, apapun yang ia lakukan yang kamu lihat, semuanya sudah pasti akan mengiris perasaanmu.

Saudaraku ...

Bisa saja hatimu terkoyak, ketika melihat dia berbaik hati kepada orang lain, sementara kamu yang kesulitan ia sungguh-sungguh tidak peduli. Biarlah seperti itu. Hapuslah dadamu, dan berteriaklah kepada Tuhan.

Hanya DIA yang mendengar dan tau semua penderitaanmu. Jika saat itu teriakanmu belum dijawab oleh Tuhan, paling tidak rasa sesak yang menekan perasaanmu pastilah terasa lebih lega, saat kamu berteriak kepada Tuhan. Percayalah ... !!!

Biarlah dia tertawa seriang mungkin. Biarkan seperti itu dan jangan jadikan situasi itu bagai dia sedang tertawa diatas penderitaanmu. Kalaupun hal itu benar-benar demikian, biarlah hal itu terjadi dan berjalan apa adanya.

Sebab, semakin kamu meyakini bahwa ia sedang tertawa di atas penderitaanmu, akan semakin besar rasa sakit di hatimu karenanya. Kalaupun kamu tidak mampu membuat suasana hatimu lepas dari rasa sakit, pergilah ke suatu tempat sampai kamu tidak mendengar suara tawa yang berasal dari mulutnya.

Tidak ada hal abadi dalam hidup. Semua pasti ada waktunya. Ada waktu untuk tertawa, ada pula waktu untuk menangis. Jika kini kamu berada dalam tekanan, suatu saat kamu akan terlepas dari tekanan itu.

Tetapi ingat, jika kelak kamu terlepas dari tekanan itu, janganlah kau balaskan tekanan itu kepadanya. Jika itu kamu lakukan, apakah bedanya kamu dengan dia ... ?

Saudaraku ... 

Sekalipun ia telah berhasil menghasut orang lain, dan membuat orang lain memusuhi dirimu, tak perlu berkecil hati. Suatu saat nanti orang-orang itu akan tau, bahwa mereka telah dijadikan alat olehnya untuk memenuhi hasratnya, agar semakin banyak orang memusuhi dirimu.

Kalau ia beranggapan, jika semakin banyak orang menaruh benci kepadamu adalah keuntungan baginya, biarlah seperti itu. Dia tidak sadar, perbuatannya itu justru semakin menjauhkan dirinya dari jalan Tuhan.

Semakin banyak dia melakukan itu, semakin jauh pula dia dari jalan Tuhan. Berdoalah untuk pertobatan dirinya. Agar ia kelak tidak mendapat hukum dari Tuhannya.

Tentu saja sangat menyakitkan, kalau tuduhan palsu ditujukan kepada seseorang, seperti yang ia lakukan kepadamu. Menuduhmu sebagai seseorang yang tak berperilaku baik, tentu membuat kamu terguncang dan melahirkan pertanyaan besar di benakmu. Mengapa ia begitu tega melakukan itu ... ?

Tetapi kamu tau jika hal itu tidaklah benar. Tak perlu marah secara berlebihan, karena akan membuatmu sakit sendiri.

Sekalipun tuduhan itu sudah berada diluar nalar, biarkan dia melakukan itu sepuas hatinya, hingga Tuhan menghentikan dia. Sekali lagi aku katakan kepadamu ; hidup tidaklah lama, kalaupun lama tak mungkin selamanya.

Perbuatan baik yang pernah kamu berikan kepada dia dan keluarganya, jangan engkau jadikan sebagai ukuran bahwa dia harus membalas semua kebaikanmu dengan kebaikan pula. Tidak harus seperti itu. Dia adalah manusia, yang memiliki sisi baik dan buruk pada hidupnya, seperti kebanyakan manusia di muka bumi ini.

Saudaraku ... 

Kamu harus tulus atas perbuatan baik yang engkau berikan pada dia dan keluarganya dan kepada siapa saja.


SALAM GEMILANG

Sabtu, 26 Mei 2018

TEROR TERHADAP KEPOLISIAN BELUM JUGA BERHENTI


Selasa 22 Mei 2018 sekitar pukul 14.30 WIB Markas Kepolisian Indonesia kembali diserang. Kali ini Mapolsek Maro Sebo, Kabupaten Muarojambi, (Provinsi Jambi) menjadi sasaran serang orang tak dikenal. 

Diketahui dua orang anggota kepolisian yang sedang bertugas menjadi korban kebrutalan pelaku. Kedua anggota kepolisian itu sudah mencoba menghentikan pelaku penyerangan dengan melakukan perlawanan, namun akhirnya tersungkur setelah pelaku melukai keduanya dibagian leher dan kepala, dengan menggunakan sebilah samurai.

Setelah melakukan aksi brutalnya, pelaku kemudian melarikan diri meninggalkan Mapolsek Maro Sebo. Kesempatan itu digunakan warga untuk bertindak lalu membawa Aipda Manalu dan Bripka Tinambunan ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan, selanjutnya kedua anggota  dilarikan ke RS Bhayangkara Jambi untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.

Tidak lama berselang, pelaku yang kemudian diketahui berinisial AS ditangkap di rumahnya. Pelaku adalah warga Danau Lamo, Kabupaten Muarojambi. Memang pelaku akhirnya tertangkap namun korban sudah jatuh. Dan hal yang sama juga telah terjadi di berbagai tempat di Indonesia, dan selalu ada korban lebih dahulu barulah dilakukan tindakan.  

Berulangkali markas kepolisian mendapat serangan. Dari Mapolsek, Mapolres sampai Mapolda sudah dijajal para pelaku penyerangan. Sampai saat ini, sasaran serang para pelaku teror masih mengarah ke Kantor Polisi dan Rumah Ibadah. 

Lalu selanjutnya kemana sasaran mereka ? ... Haruskah peristiwa ini akan terus berlanjut ... ?
Semoga peristiwa ini menjadi salah satu alasan bagi pelaku teror, untuk membuat hatinya terketuk, agar lebih menghormati dan menjujung tinggi nilai-nilai kemuliaan manusia.

SALAM GEMILANG

Jumat, 25 Mei 2018

TIDAK SEORANGPUN DI DUNIA INI BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEBAHAGIAANKU SELAIN DIRIKU


Tidak siapapun yang bisa membuat manusia bahagia, selain dirinya sendiri. Tidak oleh seseorang, tidak pula oleh seseorang lainnya. Menuju kebahagiaan adalah tanggung jawab dari manusia itu sendiri. 

Sekalipun sesamanya memiliki andil pada pencapaian kebahagiaan itu, tetapi jika tanggung jawab itu tidak berada pada pundaknya, manusia tidak akan pernah menemukan kebahagiaan yang sejati.

Tingkat kebahagiaan manusia, akan dipengaruhi dari bagaimana cara manusia itu berpikir. Pola pikir merekalah yang menentukan, apakah mereka bahagia atau tidak. Bahagia itu pilihan diri sendiri. 

Hari ini mau bahagia atau tidak adalah pilihan diri sendiri, bukan karena pilihan orang lain. Seluruhnya tergantung pada diri sendiri.

SALAM GEMILANG

Kamis, 24 Mei 2018

BANDUNG SELATAN DAN PANORAMANYA YANG MENAWAN


Seperti terbangun dari mimpi, begitulah aku ketika melihat pemandangan yang indah itu. Sekian lama, sekali dalam seminggu lokasi itu pasti aku lalui. Aku tak pernah menyangka jika lokasi itu rupanya memiliki pesona alam yang tinggi. Ciruntah ... demikian penduduk setempat menyebut nama lokasi itu. Sesuai namanya (runtah=sampah) memang lokasi itu adalah pembuangan sampah secara liar, yang dilakukan oleh masyarakat setempat maupun masyarakat yang sekedar melintas.

Terletak di sebelah selatan Kota Bandung, Ciruntah berada di lintasan jalan raya Bandung - Pangalengan - Ranca Buaya. Diperkirakan Ciruntah dapat ditempuh selama dua jam dari Kota Bandung dengan menggunakan kendaraan roda empat. Sekitar 50 kilometer dari Kota Bandung lokasi ini akan ditemukan sebelum tiba di kota kecil Pangalengan. Sementara jarak antara Kota Bandung dengan Kota Pangalengan lebih kurang 55 kilometer.

Tertarik oleh sudah tidak menumpuknya sampah disekitar lokasi itu, aku menyempatkan diri untuk turun sekedar melihat dan memenuhi rasa ingin tau. Betapa terkejutnya aku, ketika aku ketahui rupanya dibalik gundukan sampah menggunung yang aku lihat selama ini, adalah lembah yang lumayan dalam. Lebih terkejut lagi, lokasi yang selama ini menjadi tempat pembuangan sampah adalah lembah yang memiliki pemandangan yang indah.

Aku meneruskan perjalanan mataku, lalu berhenti saat mataku memandang lurus ke depan. Sungguh mengagumkan. Undakan bukit yang tersusun dengan indah sejak dari dasar lembah, dipadu dengan warna bukit membiru nun jauh di depan sana, membuat mata benar-benar mendapat tontonan yang eksotis. Waw ... luar biasa. Tak salah jika aku memberi penilaian yang sangat baik untuk lokasi itu.

Rupanya ada yang salah selama ini. Sampah yang menggunung di tepi jalan, adalah sesuatu yang menyebabkan setiap orang memalingkan muka dari lokasi itu. Sampah yang berserakan di lokasi itu, menyebabkan setiap orang tidak menyadari, bahwa mereka telah melewatkan hidangan yang sangat enak untuk dinikmati. Iya ... sampah itu telah membuat kesalahan yang sangat besar. Dengan menggunungnya sampah di sekitar lokasi itu, membuat keindahan daerah itu menjadi tertutupi.

Tiba-tiba aku tersadar dari ketertegunanku. Tidak menunggu lama, lalu aku mengambil ponsel dan mengabadikan beberapa lokasi dengan kamera ponselku. Sayang sekali ... kalau aku tidak bisa menampilkan banyak gambar untuk menunjukkan keindahan Ciruntah dan sekitarnya. Untuk itu aku mohon maaf.

Secara administrasi, Ciruntah menjadi wilayah pelayanan Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Sangat menyenangkan, setelah sampah yang tertumpuk dan menggunung di tepi jalan kini tidak ada lagi. Walau masih terlihat bekasnya, kini tidak ditemukan lagi sampah berserakan di sekitar lokasi itu. 

Kini Ciruntah telah berubah, menjadi lokasi yang menarik untuk dipandang sejauh mata mampu memandang. Terimakasih untuk siapapun, baik personal maupun lembaga yang telah memutuskan untuk tidak menaruh sampah lagi di tepi jalan di Lembah Ciruntah ... !!

SALAM GEMILANG

Rabu, 23 Mei 2018

NESTAPA DI JEMBATAN AMPERA


Satu waktu saya dan keluarga bertolak dari Kota Bandung (Jawa Barat) menuju Kota Pematangsiantar (Sumatera Utara) melalui jalan darat. Dengan menggunakan kendaraan roda empat (mini bus) diperkirakan perjalanan itu akan memakan waktu selama 60 (enam puluh) jam, atau dengan perkiraan dua hari tiga malam.

Selang beberapa waktu setelah meninggalkan Pulau Jawa, rasa penat mulai terasa dan menjalar di seluruh tubuh, yang kemudian memaksa kami untuk beristirahat sejenak. Saat itu posisi kami tepat berada di Kota Palembang (Sumatera Selatan), dan seperti ada yang mengarahkan secara bersamaan kami memilih untuk beristirahat di tepi Sungai Musi.

Setelah menemukan tempat yang aman untuk memarkir kendaraan, kemudian saya bersama istri dan anak-anak bergegas menuju Jembatan Ampera, untuk menikmati indahnya Sungai Musi dari atasnya.

Setelah merasa puas menikmati indahnya Sungai Musi dari Jembatan Ampera, kemudian kami turun dan mendekat ke tepi sungai dengan tujuan menjamah air sungai lewat sentuhan. Kurang afdol rasanya, jika tak menjamah dan merasakan dinginnya air Sungai Musi setelah melakukan perjalanan sejauh itu.

Tiba-tiba aku terkejut dan melihat istriku terpeleset lalu terjerumus masuk ke dalam sungai. Spontan aku segera mengulurkan tangan untuk meraih istriku, tetapi arus air sungai lebih cepat menyeret tubuh istriku ke hilir dan semakin lama semakin ke tengah sungai.

Aku dan anak-anak tak mampu berbuat apa, selain berteriak minta tolong dan melihat tak berdaya tubuh istriku semakin jauh terbawa arus sungai. Di depan mataku air Sungai Musi menelan seluruh tubuh istriku lalu lenyap dan hilang tanpa bekas.

Beberapa jam setelah istriku tenggelam, kami berusaha untuk menemukannya dengan menggunakan tenaga penyelam tetapi semua sia-sia. Tampak anak-anak semakin tak mampu menahan tangis semakin lama semakin keras mereka panggil ibu. Hatiku semakin gundah dan semakin tak terkendali. Aku terdiam seribu basa, bingung tak tau bagaimana aku harus bersikap.

Dua hari sudah upaya pencarian dilakukan tetapi hasilnya tetap saja sia-sia. Dengan susah payah kami diberi pengertian oleh penduduk setempat agar kami merelakan yang sudah terjadi, namun kami tidak bisa menerima kenyataan itu begitu saja.

Akhirnya dengan perasaan tidak menentu kemudian aku dan anak-anak memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Kota Bandung dan tidak lagi seperti rencana semula ke Kota Pematangsiantar. Dengan derai air mata, aku dan anak-anak meninggalkan istri dan mama tercinta di dasar Sungai Musi.
Dengan langkah lunglai sambil berderai air mata, aku dan anak-anak menuju tempat dimana mobil terparkir. Setelah siap, kamipun masuk ke dalam mobil. Aku nyalakan mesin, kemudian dengan tangan yang hampir tak berdaya kutarik tongkat persnelling dan menempatkannya pada posisi mundur.

Tiba-tiba aku mendengar seseorang berteriak dari arah belakang mobil, yang membuatku terkejut bukan kepalang. Teriakan itu cukup keras dan sangat terbiasa di telingaku dan memang suara itu adalah teriakan istriku. Aku kenal betul dengan suara itu.

Aku menoleh ke belakang, namun aku tidak menemukan istriku di sana kecuali tembok. Aku tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Aku sungguh kebingungan. Baru saja aku berada di tepi Sungai Musi bersama anak-anak tetapi apa yang kurasakan itu sama sekali tidak ada.

Dan yang paling mengagetkan aku adalah, kini istriku ada di hadapanku. Segera aku menyadari, rupanya aku baru saja mengalami mimpi buruk. Mengenang mimpi yang begitu mengerikan itu, keringatku mengucur deras dan mengalir di sekujur tubuhku.

Aku benar-benar bersyukur tanpa henti, karena peristiwa mengerikan yang baru saja kualami hanyalah mimpi. Dalam alam setengah sadar aku berusaha untuk mengingat kembali peristiwa yang baru saja terjadi. Kemudian aku menceritakan mimpi yang baru saja aku alami kepada istriku, yang sedari tadi tampak gelisah melihat kondisiku.

Mendengar penuturanku, lalu istriku memeluk aku dan setengah berbisik ia memintaku untuk bersyukur kepada Tuhan dengan berdoa.

Peristiwa itu telah membuka mata hatiku, dan menyadarkan aku bahwa betapa aku sangat sayang kepada istriku. Setelah peristiwa itu aku merasa cintaku padanya bertambah semakin besar. Melalui peristiwa itu, aku diberitahu betapa sakitnya bila kehilangan dia.

Belajar dari peristiwa itu aku mengambil kesimpulan untuk tidak pernah menyakiti istriku, baik melalui kata apalagi kekerasan fisik.

SALAM GEMILANG