Kamis, 13 September 2018

PARTAI YANG SENANG MEMBAJAK KADER


Maraknya berita perpindahan kader Partai Demokrat ke partai lain, oleh Partai Demokrat peristiwa itu dianggap sebagai peristiwa bajak membajak. Wajar saja Partai Demokrat mengungkapkan itu, karena memang beberapa kader unnggulan mereka di beberapa daerah, memilih mendukung pasangan Jokowi - Ma'ruf di Pilpres 2019 mendatang.

Politisi PDI Perjuangan Aria Bima mengatakan, tindakan sejumlah kader Partai Demokrat yang memilih mendukung paslon capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf adalah hal yang wajar dalam sebuah kontestasi, khususnya kontestasi politik. Aria Bima bahkan menuding, Partai Demokrat jauh lebih ganas dalam hal bajak membajak kader dari partai lain.

Lebih lanjut Aria Bima mengangkat beberapa contoh, bagaimana saat Partai Demokrat menjadikan Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzy sebagai tim kampanye SBY pada pilpres 2014. Padahal, Gamawan sendiri maju saat pilgub Sumbar diusung dan dibiayai oleh PDIP. 
Hal yang sama juga terjadi pada Mardiyanto, yang diusung PDI Perjuangan saat maju pada Pilgub Jateng, dan kemudian menjadi Gubernur Jawa Tengah selama dua periode.Lalu menjadi tim pemenangan SBY saat pilpres.

Partai tidak seharusnya mempermasalahkan seorang kader melakukan perpindahan ke partai lain, apalagi menuding partai lain sebagai partai yang senang bajak membajak. Justru fenomena perpindahan kader, seharusnya menjadi evaluasi bagi internal partai.

Peristiwa itu harus dijadikan dasar untuk membenahi diri dari kemungkinan pindahnya kader ketingkat yang lebih banyak lagi. Perlu juga menjadi perhatian setiap partai, bagaimana sebuah partai mampu menghasilkan kader baru yang lebih berkwalitas, pasca berpindahnya kader ke partai lain.

Akan jauh lebih baik menjadi koreksi di internal partai setelah ditinggalkan kader sendiri, daripada membuat pernyataan-pernyataan aneh dan menuding partai lain dengan cap jelek dengan mencaci maki partai tempat dimana kader tersebut berlabuh.

Ungkapan "partai yang suka membajak kader dari partai lain" menjadi perbincangan hangat, setelah beberapa kader Partai Demokrat diketahui membelot dan mendukung Jokowi - Ma'ruf pada pilpres 2019. Mereka diantaranya, Gubernur NTB Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB), mantan Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar dan Gubernur Papua Lukas Enembe. Tentu saja ada alasan penting, mengapa kader Partai Demokrat itu memilih mendukung Jokowi - Ma'ruf di pilpres mendatang. 

Hal itu juga memberi pelajaran berharga bukan saja kepada partai sebagai lembaga, tetapi juga kepada setiap orang sebagai pribadi, untuk lebih kritis dalam menentukan pilihannya, karena satu suara yang diberikan saat pemilu, adalah hal yang akan menentukan arah negara, menuju masa depan yang lebih baik.

SALAM GEMILANG