Sejarah
atau peristiwa yang telah terjadi pada masa lalu, seringkali tidak relevan
dengan situasi atau iklim pada saat ini. Situasi pada masa kini tentu saja
menjadi bahan pertimbangan, mengapa sejarah atau peristiwa pada masa lalu
menjadi tidak relevan untuk dibahas, mengingat situasi pada masa itu sudah
sangat jauh berbeda dengan situasi pada saat sekarang ini, dan peristiwa masa
dulu tak mungkin kembali lagi seperti pada saat peristiwa itu belum terjadi.
Demikian
pula sejarah yang terjadi pada Toga Sihombing, dimana keturunannya sudah saling
menikah sejak dahulu kala. Tentu saja hal itu terjadi, oleh karena berbagai
alasan yang sangat masuk akal.
Bisa
saja terjadi karena jauhnya jarak pemukiman penduduk yang satu dengan pemukiman
penduduk lainnya. Bisa juga karena di dalam wilayah pemukiman itu, tidak ada
penduduk lain selain keturunan Toga Sihombing. Hal ini dimungkinkan menjadi
alasan yang bisa sampai pada logika, mengapa Keturunan Toga Sihombing pada
zaman itu akhirnya memutuskan untuk saling menikah.
Mencari
informasi untuk menemukan keakuratan data dari semua alasan yang ada, rasanya
sangat sulit untuk menemukan titik temu, mengingat informasi yang beredar
ditengah masyarakat khususnya ditengah Keturunan Toga Sihombing, tidak mengarah
kepada satu pemahaman melainkan mengarah kepada pemahaman yang berbeda.
Disamping
itu ... tidak ditemukannya peninggalan-peninggalan sejarah sebagai bukti,
memungkinkan setiap orang untuk membenarkan informasi yang ia dapatkan, sesuai
dengan perspektif dan kepentingan masing-masing
Tentu
saja pro dan kontra terjadi, karena situasi pada masa silam sudah tidak sama
dengan saat sekarang ini. Jarak yang sangat jauh, kini sudah begitu mudah dicapai
dengan kemajuan tehnologi dibidang transportasi.
Kalau
dulu sulit menemukan penduduk diluar keturunan Toga Sihombing, saat sekarang
sudah tidak seperti itu lagi. Seluruh Keturunan Toga Sihombing, harus mengakui
bahwa mereka telah mengenal banyak orang yang bukan keturunan Toga Sihombing.
Kami
adalah salah satu dari sekian banyak orang, yang tidak setuju untuk melanjutkan
budaya saling menikah diantara Keturunan Toga Sihombing. Dan paham itu telah
kami terapkan kepada anak keturunan kami, dan kami patut bersyukur karena
mereka tidak melanjutkan budaya itu.
Tetapi
kami tetap arif dalam menyikapi peristiwa itu, karena peristiwa itu sudah
terjadi sejak dulu dan berlangsung secara turun-temurun. Dengan cara itu kami
akan menemukan ketenangan batin, tanpa harus menyalahkan semua yang telah
terjadi.
Perlu
kami beritahukan ... bahwa kami tidak anti, sekalipun kami tidak setuju dengan
budaya saling menikah diantara Keturunan Toga Sihombing. Tidak ada alasan bagi
kami untuk melarang itu, karena memang tidak ada regulasi yang
melarang melakukan itu.
Disamping
sudah banyak contoh, tidak juga ada hal yang salah jika hal itu dilakukan. Jadi
... tidak ada alasan untuk anti, walau sebenarnya kami tidak sepaham.
Perlu
juga diketahui, bahwa mereka yang masih menjunjung tinggi paham itu, tidak
semuanya melakukan pernikahan sesama Keturunan Toga Sihombing. Oleh karena itu,
sebaiknya semua orang berusaha untuk saling mengerti terhadap paham-paham yang
ada.
Sehingga
paham yang berbeda, akan tumbuh menjadi sesuatu yang indah dan berkembang
menjadi situasi yang nyaman, damai dan sejahtera di tengah masyarakat khususnya
ditengah kalangan Keturunan Toga Sihombing ... !!!
SALAM
GEMILANG